Sabtu, 13 April 2013

Contoh Cerpen Remaja [Tema bebas]

Di bawah ini salah satu contoh cerpen remaja bertema bebas guys. Enjoy the story !!


SEINDAH LAGU MARCELL
Sudah hampir 1 jam Gina mondar mandir mengelilingi kamarnya,gadis ini terlihat sangat gelisah.Berulang kali ia menengok keluar jendela kecil di sudut kamarnya.
“Aduh,kamu kemana sih?Kok dari tadi gak dateng-dateng.Katanya mau ngajakin nonton.Keburu bubar dah tuh konser .”Gerutu Gina sambil terus mondar-mandir yang tak ubahnya seperti sebuah gasing yang tak sabar untuk menyaksikan konser penyanyi idolanya,Marcell.
Karena lelah menunggu,Gina memutuskan untuk ke rumah Dion,orang yang selama ini dia tunggu namun tak kunjung datang.
“Ketuk gak yah?”Tanyanya dalam hati.
Belum juga dia mengetuk pintu rumah Dion,matanya langsung tertuju pada sebuah surat kecil yang terselip di bawah pintu.Tanpa pikir panjang,Gina langsung membaca surat kecil berwarna pink tersebut.
“Gin,aku tau kamu pasti bakal kaget pas baca surat ini,tapi maafin aku aku pergi gak bilang” sama kamu.Aku harus ke Bandung buat lanjutin study aku disana.Take care yah.”
“Gak,gak mungkin.Kamu Gak boleh pergi.Gaaak.”teriak Gina dengan  mata yang berkaca-kaca seakan tak percaya kalau teman masa kecilnya itu pergi meninggalkannya.Tanpa pikir panjang lagi Gina langsung berlari menuju rumahnya untuk mengambil handphone.
“Ayo dong Dion,angkat,aku mau ngomong,please..”Ujar gina yang mencoba untuk menelpon Dion,namun tak kunjung diangkat.
Keesokan harinya,Gina masih terus berusaha menghubungi Dion sampai berkali-kali,namun usahanya sia-sia.Dion tetap tak bisa dihubungi.
Malam harinya,Gina yang tampaknya masih tidak bisa menerima kenyataan tiba-tiba jatuh sakit.Tubuhnya demam dan kadang menggigil.Dia masih terus berharap kalau Dion akan menghubunginya .Namun harapan itu hanya tinggal harapan semata,karena tak satupun telepon atupun sms dari Dion yang masuk ke HP-nya
Seminggu sudah Gina sakit hingga harus dirawat di rumah sakit.Maag yang selama ini dia derita ternyata sudah sangat parah hingga menimbulkan peradangan. Dokter pun mengatakan  kalau salah satu faktor yang menyebabkan penyakitnya semakin parah adalah pikirannya  yang kacau hingga membuat kondisi tubuhnya menurun.
Vivian, sahabat Gina yang paling mengerti keadaan Gina hanya bisa menatap iba tubuh sahabatnya yang sekarang terkulai lemah diatas tempat tidur. Wajahnya pucat dan tubuhnya semakin kurus. Vivian sangat mengerti perasaan Gina yang merasa sangat kehilangan Dion, teman masa kecilnya. Kadang samar-samar dia mendengar Gina menyebut nyebut nama Dion dalam tidurnya, dan hal itu membuat Vivian menangis, tak sanggup melihat penderitaan yang dirasakan oleh sahabatnya itu.
“Gin,gimana udah mendingan?”Tanya Vivian ketika sahabatnya baru saja terbangun.
“Alhamdulillah,Vi udah agak mendingan dari sebelumnya.Udah gak usah cemas gitu dong.”Jawab Gina yang masih kelihatan sedikit pucat.
“Kamu masih mikirin Dion?”
“Maksud kamu?”
“Dari kemarin aku dengar kamu memanggil nama Dion berkali-kali saat kamu lagi tidur. Kamu kepikiran dia lagi?” tanya Vivian cemas
“Gak kok,lagipula dia udah gak peduli lagi sama aku.” jawabnya, wajahnya terlihat sedih.
“Apa perlu aku telepon dia untuk kasih tahu keadaan kamu?”
“Enggak usah, aku nggak mau dikasihani sama dia.”
Namun,Vivian mengerti perasaan Gina yang butuh kehadiran Dion di sampingnya.Akhirnya tanpa sepengetahuan Gina,Vivian menelpon Dion.
“Aku mohon sama kamu,temuin Gina biarpun cuman sebentar,kamu gak kasihan ngeliat dia kayak gini sekarang.Diapun kayak gini tuh karena kamu.”Ucap Vivian
“Aku gak bisa,justru kehadiran aku malah buat dia makin sakit.”Jawab Dion.
“Sekali aja,mungkin dengan kehadiran kamu kondisinya bakal lebih baik,atau kamu bakalan nyesel seumur hidup!”paksa Vivian
“Maksud kamu?emang penyakitnya separah apa?”
“Datang kesini dan liat sendiri gimana keadaan Gina,atau kamu bener-bener nyesel!”Ujar Vivian sebelum mengakhiri telepon.
***
Beberapa hari setelah menerima telepon dari Vivian,Dion memberi  kabar bahwa ia telah tiba di Jakarta.Vivian pun sangat senang dan segera menjemput Dion di bandara dan mengantarkannya ke ruang ICU di mana tempat Gina harus kembali diperiksa intensif oleh dokter.
Sesampainya di depan ruang ICU,Dion yang hanya bisa mengintip di pintu ruang ICU terdiam melihat kondisi Gina.Selang infuse  terpasang ditangannya,matanya terpejam, sebuah surat kecil berada erat dalam genggamanya.
“Dia masih simpan surat dari kamu dan berharap kamu akan nemuin dia kembali,dan itu yang membuat Gina bertahan sampai sekarang.”Ucap Vivian sambil melihat ke arah Gina.
  “Sekarang,kita cuman bisa berdoa buat kesembuhan Gina.”Ujar Vivian yang tampak sedih mengatakan hal itu pada Dion.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya dokter membolehkan mereka untuk masuk ruangan itu dan melihat kondisi Gina yang sudah sadar. Wajah gadis itu semakin pucat dan tubuhnya dingin. Tapi dia masih tersenyum sekaligus bingung saat melihat Vivian dan Dion.
“Dion,kenapa kamu ada di sini?aku pikir kamu udah gak peduli lagi sama aku?”Ucap Gina lirih karena berusaha menahan tangis yang sudah tertahan di pelupuk matanya saking tak percayanya.
“Vivian yang nelpon aku buat datang ke sini. Kamu jangan ngomong gitu,kalo aku udah gak peduli lagi sama kamu,aku gak bakalan mungkin ada di sini,di samping kamu.”Jelas Dion
“Iya Gin,sekarang Dion udah ada di sini, bukannya itu yang kamu mau?Kamu harusnya seneng dong.”Tambah Vivian.
Gina terdiam sejenak sambil menghela napas panjang, lalu………………..
“Dion,kamu ingat kan lagu kesukaan aku?”Kata Gina setengah berbisik.
“Iya,lagunya Marcell kan?Kenapa emangnya?”
“Aku mau kamu nyanyiin lagu itu buat aku sebagai ganti nonton konser yang gak jadi waktu itu..”
“Nanti saja, sekarang kamu istirahat dulu” sahut Dion.
“Aku mau denger sekarang.Aku capek ,Di.Aku mau istirahat nanti,dan aku mau lagu itu nemenin tidur aku.”
“Nyanyiin aja.”Sahut Vivian.
“Ya Udah,kita nyanyi sama-sama yah.”
 ‘Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan,semua takkan mampu mengubahku,hanyalah kau yang ada direlungku,hanyalah dirimu,mampu membuatku jatuh dan mencinta , kau bukan hanya sekedar indah , kau tak akan terganti.’
Perlahan mata Gina terpejam dan akhirnya tertidur. Tapi bukan tidur biasa, karena monitor yang menunjukkan gerakan jantung Gina perlahan berhenti, hingga akhirnya sebuah garis muncul di monitor itu. Dan tak ada lagi pergerakan grafik detak jantung Gina. Vivian yang dari tadi menggenggam tangan Gina merasa tangan Gina perlahan melepas genggamannya.
Mereka terus memanggil Gina, tapi dia tidak juga membuka matanya. Dokter juga sudah mengatakan kalau Gina tak tertolong lagi. Air mata seperti tak bisa berhenti mengalir dari mata Vivian dan Dion. Mereka tidak menyangka, Gina yang mereka kira akan segera sembuh ternyata meninggalkan mereka secepat itu.
“Udahlah,mungkin ini udah jalan terbaik buat Gina dari Tuhan.Tapi aku yakin kok,Gina akan tenang di alam sana, karena kamu udah nemenin dan bahagiain dia didetik-detik terakhir menjelang kepergiannya.”Kata Vivian yang mencoba untuk tegar sambil menyeka air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya.
Dion hanya mengangguk menahan kesedihannya.
Sebelum meninggalkan ruang ICU,untuk yang terakhir kalinya  Dion kembali melihat wajah pucat Gina.
“Selamat Jalan Gina.Semoga kamu tenang di alam sana.Dan aku janji meski kita jauh,kamu gak akan pernah bisa terganti oleh siapapun,sesuai judul lagu Marcell yang sekarang telah menemani tidurmu menuju surga .”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar